BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kehamilan adalah periode krisis yang akan berakhir dengan
lahirnya seorang bayi dan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis
maupun psikologis yang tentu membutuhkan adanya adaptasi. Selama kehamilan
wanita akan mengalami banyak perubahan baik fisik maupun psikologis. Emosi ibu
yang sedang hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap kehamilan
juga dapat berubah-ubah. Perubahan fisik dan psikologis yang
kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan
proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
menjadi pencetus reaksi emosional yang ringan hingga tingkat tinggi sehingga
berujung pada gangguan jiwa yang berat.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita
hamil cukup labil, Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya
kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan
juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung akan
bereaksi berlebihan.Wanita hamil memiliki kondisi sangat rapuh. Mereka sangat
takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Mereka cemas
akan hal hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan
tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses
yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi
tergantung dan beberapa lainnya menjadi lebih menuntut.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Bagaimana keadaan dan ketegangan emosi ibu pada masa
kehamilan ?
b. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis ibu hamil ?
c. Bagaimana gangguan psikologis pada kehamilan ?
d. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi rasa tertekan
pada masa kehamilan ?
e. Siapa saja yang bisa menjadi sumber-sumber dukungan
psikososial ?
1.3
Tujuan
Makalah
a. Untuk mengetahui dan memahami keadaan dan ketegangan emosi
ibu.
b. Untuk mengetahui dan memahami perubahan dan adaptasi
psikologis ibu hamil.
c. Untuk mengetahui dan memahami gangguan psikologis pada
kehamilan.
d. Untuk mengetahui dan memahami mencegah dan mengatasi rasa
tertekan pada masa kehamilan.
e. Untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber dukungan
psikososial.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Keadaan dan ketegangan emosi ibu
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan perinatal, karena ketika seorang ibu
hamil mengalami ketakutan, kecemasan, stres, dan emosi lain yang mendalam maka
terjadi perubahan psikologis. Ibu yang mengalami kecemasan berat dan
berkepanjangan sebelum atau selama kehamilan, kemungkinan dapat mempersulit
persalinan ibu. Maka perlunya dukungan psikososial untuk ibu selama
kehamilan sangat penting dikarenakan dukungan dapat memotivasi dan memberi
rasa tenang ibu selama kehamilan.
Perubahan emosional pada trimester I adalah penurunan
kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi
atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan
kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik.
Perubahan emosional pada trimester II adalah terjadi
pada bulan kelima kehamilan, terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak
sehingga dia mulai memerhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan
dilahirkan sehat. Rasa cemas ibu hamil akan terus meningkat seiring bertambah
usia kehamilannya.
Perubahan emosional pada trimester III adalah terutama
pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena
kehamilan telah mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti
apa yang akan terjadi pada saat melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan
tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran dan perasaan
seperti ini sangat biasa terjadi pada ibu hamil. Sebaiknya kecemasan seperti
ini dikemukakan istri kepada suaminya dan sebaiknya suami lebih memperhatikan
dan peka terhadap perasaan dan kondisi istrinya.
2.2
Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu Hamil
a.
Perubahan dan Adaptasi
Psikologis Ibu Hamil Trimester I
Awal kehamilan, ibu akan membenci perubahan yang
terjadi pada dirinya. Merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan, dan
kesedihan. Perubahan psikologi pada trimester awal ini menekankan untuk
mencapai peran sebagai ibu. Tercapai peran ibu memerlukan proses belajar
melalui serangkaian aktivitas.
Stres yang terjadi pada kehamilan trimester awal ada
dua tipe stres, yaitu stres negatif dan positif. Kedua stres ini dapat
mengganggu dan mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik. Stres intrinsik berhubungan dengan tujuan individu, yang mana
seorang individu akan membuat sesempurna mungkin tujuan hidupnya, baik dalam
kehidupan pribadi ataupun dalam kehidupan sosialnya secara profesional. Stres
ekstrinsik muncul karena faktor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan,
kesendirian, dan masa reproduksi.
b.
Perubahan dan Adaptasi
Psikologis Ibu Hamil Trimester II
Terdapat perubahan psikologis pada kehamilan trimester
kedua, yaitu:
1.
Fase Prequeckning. Selama
akhir trimester pertama dan prequeckning pada semester kedua, ibu hamil
mengevaluasi kambali hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan orang
tuanya yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan
hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Namun bila menemukan adanya sikap
yang negatif, maka ibu hamil akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap
negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada ibunya. Kecuali bila ibu
hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan
identitas keibuannya. Proses yang terjadi pada pengevaluasian kembali ini
adalah perubahan identitas dan penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih
sayang (persiapan untuk menjadi ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang
jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang akan memberi
kasih sayang kepada anaknya. Trimester kedua akan dikatakan sebagai periode
pancaran kesehatan disebabkan selama trimester ini wanita umunya merasa baik
dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
2.
Fase Postqueckning. Setelah
ibu merasakan queckning, identitas keibuan yang muncul. Ibu hamil akan fokus
pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut lahirnya sang bayi. perubahan ini
mungkin akan menyebabkan sebagian wanita menangis dan bersedih karena ia akan
meninggalkan fase kehamilannya. Terutama bagi ibu yang hamil pertama dan para
wanita karir yang sedang hamil. Pada wanita multigravida, peran baru dengan
anaknya yang lain dan bagaimana nanti bila ia harus meninggalkan rumah untuk
proses persalinan. Pergerakan yang dirasakan dapat membantu ibu dalam membangun
konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dengannya. Hal ini
menyebabkan fokus pada bayinya.
c.
Perubahan dan Adaptasi
Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Seorang
ibu mungkin akan merasa takut dengan kelahiran yang akan dilaluinya. Ia mungkin
sudah merasa takut akan rasa takut dan bahaya fisik yang akan timbul saat
proses kelahiran. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan kembali muncul pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa bahwa dirinya semakin jelek dan
aneh. Di samping itu, ibu juga akan merasa sedih karena perhatian dari suami
selama kehamilan mungkin akan berkurang. Pada trimester ketiga inilah ibu
memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga serta bidan atau dokter
kandungan.
Trimester
ketiga lebih sering disebut dengan periode menunggu atau penantian dan waspada.
Sebab pada masa ini ibu merasa tidak sabar ingin segera melihat anak yang
selama sembilan bulan lahir ke dunia ini. Trimester ketiga adalah masa
persiapan kelahiran dan peran sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian
pada kelahiran bayi. orang tua dan keluarga mulai mengira-ira bagaimana anaknya
(terutama wajahnya, akan menyerupai siapa), dan apa jenis kelaminnya. Mungkin juga
nama cantik sudah disiapkan oleh orangtuanya. Trimester ketiga ini adalah masa
aktif untuk penantian kelahiran bayi dan masa perubahan untuk menjadi orang tua
2.3
Gangguan Psikologis pada Kehamilan
a.
Gangguan psikologi
pada kehamilan palsu / pseudosiesis
Kehamilan
palsu adalah suatu keadaan di mana seorang wanita berada dalam kondisi yang
menunjukkan berbagi tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapat
menstruasi, adanya mual dan muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan
dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang hasil test urine dapat menjadi
positif palsu, tetapi sesungguhnya ia tidak benar-benar hamil. Faktor yang
sangat sering berhubungan dengan terjaidnya kehamilan palsu adalah faktor
emosional atau psikis yang menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam
mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil. Gejala gangguan
psikologis pada pseudosiesis
Wanita dengan
pseudosiesis memiliki kondisi psikologis sebagai berikut:
1. Adanya sikap yang ambivalen terhadapa kehamilannya,
yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hami. Ingin
memiliki anak sekaligus dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi
keinginan mempunyai anak.
2. Keinginan untuk hamil terutama sekai tidak timbul dari
dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap bermusuhan, dan
harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
3. Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari,
sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilusi
belaka.
4. Wanita dengan pseudosiesis tidak terlepas dari
pseudologi yaitu fantasi-fantasi atau kebohongan yang selalu ditampilkan ke
depan untuk mengingkari hal-hal yang menyenangkan.
b.
Fenomena kehamilan di
luar nikah
Remaja
bisa mengatakan bahwa seks bebas atau pranikah itu aman untuk dilakukan. Namun,
bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu, ternyata lebih
banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan di luar nikah.
Sesungguh merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat menghancurkan
segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggan orang tua, serta
pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan
yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalitas. Umumnya kehamilan di luar
nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang usia 12-19 tahun
memiliki kondisi psikis yang labil karena masa ini merupakan masa transisi dan
pencarian jati diri. Dengan kehamilan di luar nikah banyak permasalahan yang
akan dihadapi oleh remaja, di antaranya adalah:
1. Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa,
terutama bagi wanita yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap
respon orang tua, dan biasanya mereka menutupi kehamilannya sehingga didapatkan
tindakan lain dan orang tua baru menyadari setelah perut anaknya membuncit.
2. Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak
mau bertanggung jawab dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit
itu.
3. Cemas jika teman-temannya mengetahui, apalagi pihak
sekolah yang mungkin saja akan mengeluarkannya dari sekolah.
4. Rasa takut yang timbul karena ia sangat tidak siap
menjadi seorang ibu.
5. Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilan dengan
aborsi.
c.
Keguguran
Keguguran diartikan
sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk hidup. Resiko
keguguran memiliki persentase sebesar 15% - 40% dari ibu hamil, dan 60 -75%
keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau
resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan.
d.
Hamil Dengan Janin
Mati
Kematian janin dalam kandungan disebut Intra
Uterin Fetal Death ( IUFD ), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan
lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut keguguran atau abortus. Jika janin sudah meninggal di dalam
kandungan maka rahim tidak akan membesar lagi, pembesarannya akan berhenti
sesuai dengan usia kehamilan saat janin meninggal. Misalnya, janin meninggal
pada usia kehamilan 12 minggu maka pembesaran rahim berhenti pada usia
kehamilan 12 minggu, tidak akan membesar misalnya sampai usia kehamilan 20
minggu. Hal ini disebabkan karena pada janin mati, otomatis pertumbuhannya
berhenti, sedangkan pembesaran uterus dimungkinkan karena adanya
pertumbuhan janin.
e.
Gangguan psikologis
pada kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan
tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubugan yang terlampau bebas, tetapi
juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari kegagalan konrasepsi
dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung. Tanda dan gejala
psikologis pada kehamilan yang tidak dikehendaki
1. Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, merasa bahwa
janin yang dikandungnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk
mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan-tindakan tidak bermoral seperti
aborsi.
2. Beberapa wanita bersikap aktif-agresif, mereka sangat
marah dan dendam pada kekasih atau suaminya serta merasa sanggup menanggung
konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban
dan malapetaka bagi dirinya.
f.
Hamil Ketergantungan
Obat
Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental (
psikologis ) atau kedua – duanya yang terjadi sebagai akibat pemakaian abat
secara terus – menerus atau secara periodik.
2.4
Peran Bidan Dalam Mengatasi Gangguan Psikologi Pada Masa Kehamilan
a.
Pengelolaan gangguan psikologis pada
pseudosiesis
1. Menciptakan suasana senyaman mungkin agar klien merasa
bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit.
2. Berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami
kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum
terselesaikan. Dengan demikian, klien diharapkan dapat memperoleh kesdaran
diri, kejujuran, dan hubungan pribadi yang secara efektif dapat menghadapi
dengan realitas, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional.
b.
Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamian diluar
nikah
Penatalaksanaan
yang bisa dilakukan dengan melakukan konseling humanistik, di mana manusia
sebagai individu berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu berpandangan
bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik. Sedangkan konselor yang ingin
memberikan konseling perlu memiliki tiga karakter sebagai berikut ini:
1. Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan
bersama dengan klien, usaha berfikir bersama tentang dan untuk mereka.
2. Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien
dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
3. Congruence (genuineness), adalah kondisi transparan
dalam hubungan terapeutik. Oleh karena itu, di dalam menghadapi permasalahan
kehamilan di luar nikah bagi para remaja, maka sebagai bidan atau psikolog
dapat memberikan konseling dengan keluarga, antar remaja itu sendiri, konselor
dan pihak keluarga, mengingat orang tua masih memiliki andil yang besar pada
kehidupan anak remaja mereka.
Selain itu juga untuk menghindari tindakan-tindakan
nekat, dalam mengatasi gangguan psikologis pada masa kehamilan perlu
diperhatikan beberapa hal berikut :
a. Mencegah timbulnya rasa tertekan dengan menghindari
rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan kemarahan maupun luapan emosi lainnya.
Kegiatan dan kesibukan yang menyenangkan dapat dilakukan.
b. Masa depresi yang berhubungan dengan masa hamil
sebaiknya dicegah dengan kesibukan seperti membaca cerita yang bagus, melihat
gambar-gambar indah, dan berjalan-jalan menghirup hawa segar.
c. Mencegah kelelahan tubuh ibu supaya tidak melampaui
batas daya tahan. Pada masa depresi, pekerjaan memang perlu dikurangi tetapi
harus tetap ada kegiatan.
d. Melakukan pertemuan antar kaum perempuan, kaum ibu maupun
pertemuan informal akan bermanfaat. Pertemuan dari hati ke hati dan percakapan
intim dapat bermanfaat.
e. Pembinaan kesatuan suami istri melalui penciptaan
hubungan suami istri yang serasi berdasarkan kasih, seperti :
1. Keinginan untuk mengetahui dan mengenal pasangan
hidup.
2. Menerima pasangan kita dengan semua sifatnya.
3. Melalui sikap memberi dan menerima akan terbina saling
penyesuaian.
4. Usaha mencapai kesesuaian dalam hal tubuh dan jiwa.
5. Untuk mengatasi kebosanan dengan keinginan akan hal
yang baru, perlu daya kreasi dalam menciptakan cara-cara baru demi terpupuknya
kemesraan pada pertemuan intim suami istri.
6. Anjurkan pada ibu
hamil agar mendengarkan musik.
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres.
Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik
lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya
f. Senam Hamil
Anjurkan ibu hamil bergabung dengan kelompok senam
hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Dengan syarat untuk
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya
bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan
juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi
dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui
kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam
menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.
g. Latihan Pernafasan
Anjurkan agar ibu sering melakukan latihan relaksasi
dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan
dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.
h. Bila depresi masih belum dapat diatasi dan tidak dapat
dianalisis penyebab segala keadaan dan pernderitaan batin, perlu diminta
pertolongan pada ahli dalam bidang ini yaitu pskiater.
2.5
Dukungan Psikososial dan
sumber – sumber dukungan sosial
Wanita pada saat hamil mengalami perubahan
baik fisik maupun psikis, sehingga dukungan pada masa-masa kehamilan sangat
diperlukan agar ibu tidak mengalami stres sehingga ibu tetap sehat serta bayi
pun juga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bentuk-bentuk dukungan
tersebut dapat diperoleh dari orang-orang terdekat ibu, terutama dukungan dari
suami, keluarga maupun lingkungan sekitar.
a.
Dukungan
dari suami
Suami mempunyai tanggung jawab yang besar
sebagai kepala keluarga. Selain sebagai pencari nafkah, Suami berperan sebagai
pendukung utama (main supporter) . Dukungan yang diberikan suami sangat
mempengaruhi kondisi ibu dan bayi yang dikandungnya. Keterlibatan suami sejak
awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan
dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya
akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya.
b.
Dukungan
anggota keluarga lainnya
Seorang wanita yang sedang hamil biasanya juga
perlu mendapatkan dukungan dari anggota keluarga lain, seperti dukungan dari
orang tua dan mertua. Anggota keluarga lainnya juga mempengaruhi tingkat stres
ibu hamil. Meskipun suami mendukung penuh kehamilan istri, namun ibu hamil
dapat merasa tertekan jika kehamilannya tidak diterima oleh angota keluarga
lainnya. Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga lainnya mendukung penuh
atas kehamilan istri.
c.
Dukungan
dari lingkungan sosial
Dukungan dari lingkungan sekitar tempat
tinggal juga berpengaruh terhadap kehamilan. Sebab jika lingkungan sosial tidak
menerima atas kehamilan ibu, maka akan mengganggu psikologis ibu tersebut.
d.
Dukungan
Dari Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan sangat berperan dalam memberikan dukungan pada ibu
hamil. Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi hati dan
kesulitannya dalam menghadapi kehamilan danpersalinan. Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang terjadi
disekitar ibu
hamil. Hubungan yang baik, saling
mempercayai dapat memudahkan bidan atau tenaga
kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tenaga kesehatan dapat memberikan
peranannnya melalui dukungan :
1.
Aktif
: Melalui kelas antenatal
2.
Pasif
: Dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk
berkonsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman yang pernah dirasakan
sendiri, dan memutuskan apa yang harus diberitahukan pada ibu dalam menghadapi
kehamilannya.
2.6 Contoh kasus dan penyelesaian dalam bentuk
SOAP
Tanggal 28
Oktober Ny. S berumur 22 tahun G1P0A0 UK 32 Minggu datang ke RSUD SLEMAN untuk
periksa kehamilan, HPHT 18 Maret 2010, HPL 25 Januari 2011. Ibu mengatakan
merasa gerakan janinnya berkurang sejak 3 hari yang lalu. Dari hasil
pemeriksaan ditemukan TD 150/90 mmhg, S
: 36,8 0C, M : 82 x / mnt, R “ 24 x / mnt, Hb : 11,9 gram%, hasil
USG janin tunggal, intrauterin, gerak negatif, DJJ negatif.
S : Subjek
Ny. S berumur 22 tahun G1P0A0 UK 32
Minggu, Ibu mengatakan merasa gerakan janinnya berkurang sejak 3 hari yang lalu.
O : Objektif
TD 150/90 mmhg
N : 82 x / mnt
S : 36,8 C R : 24 x / mnt
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,9 gram%
Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG janin
tunggal, intrauterin, gerak negatif, DJJ negatif.
A :
Assesment
Primigravida
umur 28 tahun, hamil 32 minggu, dengan IUFD
Masalah
: Ibu dan keluarga belum mengetahui janinnya meninggal.
Kebutuhan
: Memberitahu ibu dan keluarga secara hati – hati bahwa janinnya sudah
meninggal.
P :
Planning
1. Memberitahu ibu dan keluarga dengan hati-hati bahwa
dari hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa janin yang dikandungnya sudah
meninggal. Ibu menangis, suami tampak sedih dan keluarga terilahat menenangkan.
2. Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera
dilahirkan. Menjelaskan mengenai pilihan untuk mengeluarkan janin, yaitu dengan
menunggu janin lahir sendiri, dengan kemungkinan akan menunggu dalam waktu lama
dan tidak dapat ditentukan serta dapat menjadikan adanya risiko gangguan pada
proses pembekuan darah atau pilihan kedua dengan dipacu (diinduksi) menggunakan
obat.
3. Keluarga sepakat memilih proses kelahiran dengan
induksi.
4. Membuat kesepakatan terhadap pihak keluarga atas
tindakan yang akan dilakukan. Keluarga menyetujui tindakan dengan induksi
misoprostol misoprostol 200 mg per oral/12 jam yang akan dimulai tanggal 28
Oktober 2010 jam 15:00 WIB sambil menunggu kesiapan mental dan ketenangan hati
ibu untuk menerima kenyataan.
5. Memberi dukungan mental agar ibu dan keluarga bersabar
dan menerima apa yang terjadi. Ibu dapat menerima dan lebih tenang.
6. Mengobservasi KU dan VS ibu.
7. KU lebih baik dari sewaktu datang, TD : 140/80 mmHg,
Suhu : 37,10C, Nadi 80 x/menit, respirasi 20x/menit.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kehamilan merupakan keadaan alamiah yang dialami hampir semua
wanita. Dalam masa kehamilannya, ibu mengalami perubahan fisik maupun
psikologis yang dapat mempengaruhi kehidupan normalnya. Keadaan emosi ibu yang
labil, serta mengalami ketakutan,
kecemasan, stres, dan emosi lain yang mendalam, dapat menjadi pencetus reaksi emosional yang
ringan hingga tingkat tinggi sehingga menimbulkan rasa tertekan dan berujung
pada gangguan jiwa yang berat. Maka dari itu diperlukan dukungan psikososial
selama masa kehamilan. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari orang-orang
terdekat ibu seperti suami, keluarga, lingkungan serta bidan. Dukungan
psikososial dari orang-orang terdekat ibu dapat memberikan rasa nyaman serta
dapat mempermudah proses persalinan ibu.
3.2
Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan, sebaiknya
mendukung kehamilan ibu dalam bentuk memberikan informasi tentang kehamilan, memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang
mengalami masalah untuk berkonsultasi.
Selain itu bidan wajib mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Karena Selama kehamilan berlangsung,
terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak
berkaitan erat dengan perubahan biologis
yang sedang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Varney H, dkk. ( 2006
). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi
4 Volume 1. Jakarta: EGC.
2. Wulandari, Diah ( 2009
). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offiset.
0 komentar:
Posting Komentar