Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DUKUN BAYI”
tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Psikologi
Kebidanan”.
Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk
memahami dan mengetahui bagaimanakah sebenarnya Perkembangan psikologi pada
remaja. Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca pada umumnya dan untuk penulis pada
khususnya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa
yang akan datang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan
persalinan oleh dukun bayi yaitu proses persalinan yang di bantu oleh tenaga
non kesehatan yang biasa di kenal dengan istilah dukun bayi atau nama lainnya
dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi
merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi
wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat
bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa
nifas.
Dukun bayi biasanya
seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun
dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan
tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas
sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk
mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya
berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa
seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan
anak.
Dalam usaha meningkatkan
pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan
mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.
Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat
bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka
kesakitan (Prawirohardjo, 2005).
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apa itu dukun bayi
?
b.
Bagaimana ciri –
ciri dukun bayi ?
c.
Apa saja faktor –
faktor penyebab mengapa masyarakat lebih banyak memilih dukun daripada bidan ?
d.
Bagaiman kewenangan
dukun bayi ?
e.
Bagaimana peran
bidan dan dukun dalam pelaksanaan kemitraan ?
1.3
Tujuan
Makalah
1.
Mengetahui Apa itu
dukun bayi dan jenis-jenis dukun bayi
2.
Mengetahui
ciri-ciri dukun bayi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab mengapa masyarakat
lebih banyak yang meminta pertolongan kedapa dukun bayi
4. Mengetahui kewenangan dukun bayi
5. Mengetahui peran bidan dan dukun dalam pelaksanaan
kemitraan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Dukun Bayi
1.1.1
Pengertian Dukun Bayi
Dukun bayi adalah seorang
anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan dan memiliki
keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan: secara turun temurun, belajar secara praktis,
atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut, serta
melalui petugas kesehatan ( Depkes RI, 1994: 1 )
Dukun bayi
tradisional oleh WHO-UNFPA-UNICEF secara bersama dinyatakan sebagai seseorang
yang membantu seorang ibu pada saat melahirkan yang keterampilannya diperoleh
melalui magang dengan dukun bayi tradisional lainnya atau diperoleh karena
keturunan. Definisi ini juga berlaku untuk istilah dukun bayi keluarga. Dukun
bayi keluarga adalah dukun bayi yang telah diminta untuk membantu persalinan di
suatu keluarga (WHO 1992).
1.1.2
Jenis-Jenis Dukun Bayi
Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Dukun Bayi
Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
b.
Dukun Bayi Tidak
Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus
1.1.3
Ciri-Ciri Dukun Bayi
Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Pada umumnya adalah
seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
b.
Pendidikan tidak
melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf.
c.
Pekerjaan sebagai
dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau
melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama
d.
Disamping menjadi
dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau
buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan
sambilan.
e.
Ongkos yang harus
dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang
yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap
waktunya.
f.
Umumnya dihormati
dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya
kedudukan dukun bayi dalam masyarakat.
1.1.4
Faktor-Faktor Masyarakat Lebih
Memilih Dukun Bayi
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong
oleh tenaga dukun bayi daripada tenaga kesehatan atau bidan, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
a.
Kemiskinan
Tersedianya
berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan
merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak.
Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut, sementara
laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh
dijangkau oleh masyarakat miskin.
Serta
biaya merupakan alasan utama yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada
sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh
dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu
persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan.
Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai.
b.
Masih langkanya
tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
Sekarang
dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah sama sekali
bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan dominant.
c.
Kultur budaya
masyarakat
Masyarakat
terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada
bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit masih melekat pada
kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi
mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia.
Selain
itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan
kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan
sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan tetap
memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat
tinggi
d.
Bidan desa kurang
kreatif
Keadaaan
ini menyebabkan hubungan yang kurang sehat antara bidan dan masyarakat, Bidan
desa yang merupakan pendatang baru. Selain itu kurang kreatif bidan desa juga masih kurang percaya diri untuk
membaur dengan masyarakat, berbeda dengan dukun bayi yang memang sudah ada di
masyarakat.
1.1.5
Batas Kewenangan Dukun Bayi
Batas kewenangan dukun bayi dalam melakukan persalinan(
Depkes RI 1994:14 ) adalah sebagai berikut :
1.
Mempersiapkan
pertolongan persalinan, meliputi mempersiapkan tempat, kebutuhan ibu dan
kebutuhan bayi, mempersiapkan alat alat persalinan sederhana secara bersih,
serta mencuci tangan
2.
Memimpin persalinan
normal dengan tekhnik – tekhnik sederhana, seperti membimbing ibu mengejan
3.
Dukun tidak
melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta mendorong rahim,
menarik plasenta, memasukkan tangan liang senggama
4.
Melakukan perawatan
pada bayi baru lahir seperti perawatan tali pusat dan memandikan bayi
2.2
Peran
Bidan Dan Dukun Bayi Dalam Pelaksanaan Kemitraan
Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama
antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua
belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam
bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada
awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (
Depkes, 2008 ).
Berikut adalah peran bidan dan dukun bayi dalam
pelaksanaan kemitraannya:
1.
Periode Kehamilan
a.
Bidan
1.
Melakukan
pemeriksaan ibu hamil dalam hal :
a.
Keadaan umum,
b.
Menentukan HPHT,
HPL
c.
Menentukan Keadaan
janin dalam kandungan,
d.
Pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan.
2.
Melakukan tindakan
pada ibu hamil dalam hal :
a.
Pemberian Imunisasi
TT,
b.
Pemberian tablet
Fe,
c.
Pemberian
pengobatan / tindakan apabila ada komplikasi.
3.
Melakukan
Penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga mengenai :
a.
Tanda-tanda bahaya
dan penyakit ibu nifas,
b.
Tanda-tanda bayi
sakit,
c.
Kebersihan pribadi
& lingkungan,
d.
Kesehatan &
Gizi,
e.
ASI Ekslusif,
f.
Perawatan tali
pusat,
g.
KB setelah
melahirkan.
4.
Melakukan kunjungan
Rumah
5.
Melakukan rujukan
apabila diperlukan
6.
Melakukan
pencatatan dan Melakukan Laporan.
b.
Dukun
1.
Memotivasi ibu
hamil untuk periksa ke bidan
2.
Mengantar ibu hamil
yang tidak mau periksa ke bidan
3.
Membantu Bidan pada
saat pemeriksaan ibu hamil
4.
Melakukan
penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga
5.
Memotivasi ibu
hamil dan keluarga
6.
Melakukan ritual
keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat bila keluarga
meminta.
7.
Melakukan motivasi
pada waktu rujukan diperlukan.
2.
Periode Persalinan
a.
Bidan
1.
Mempersiapkan
sarana prasarana persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, termasuk
pencegahan infeksi.
2.
Memantau kemajuan
persalinan sesuai dengan partogram
3.
Melakukan asuhan
persalinan.
4.
Melaksanakan
inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera kurang dari 1 jam.
5.
Injeksi Vit K1 dan
salep mata antibiotik pada bayi baru lahir
6.
Melakukan perawatan
bayi baru lahir
7.
Melakukan tindakan
PPGDON apabila mengalami komplikasi
8.
Melakukan rujukan
bila diperlukan
9.
Melakukan
pencatatan persalinan.
b.
Dukun
1.
Mengantar calon ibu
bersalin ke Bidan.
2.
Mengingatkan
keluarga menyiapkan alat transport untuk pergi ke Bidan / memanggil Bidan.
3.
Mempersiapkan
sarana prasaran persalinan aman
4.
Mendampingi ibu
pada saat persalinan
5.
Membantu Bidan pada
saat proses persalinan
6.
Melakukan ritual
keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat.
7.
Membantu Bidan
dalam perawatan bayi baru lahir
8.
Membantu ibu dalam
inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam
9.
Memotivasi rujukan
bila diperlukan
10. Membantu Bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah
persalinan.
3.
Periode Nifas
a.
Bidan
1.
Melakukan Kunjungan
Neonatal dan sekaligus pelayanan nifas
2.
Melakukan
Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga.
3.
Melakukan rujukan
apabila diperlukan
4.
Melakukan
pencatatan dan melakukan laporan.
b.
Dukun
1.
Melakukan kunjungan
rumah dan memberikan penyuluhan
2.
Memotivasi ibu dan
keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.
3.
Melakukan ritual
keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat.
4.
Memotivasi rujukan
bila diperlukan.
5.
Melaporkan ke Bidan
apabila ada calon akseptor KB baru.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dukun bayi adalah seorang
anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan dan
memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan: secara turun temurun, belajar secara praktis,
atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut, serta
melalui petugas kesehatan ( Depkes RI, 1994: 1 )
Pertolongan persalinan oleh
Dukun Bayi tidak bisa dihilangkan karena sudah merupakan suatu kepercayaan dan
sudah melekat dalam budaya. Pertolongan persalinan oleh Dukun Bayi masih
diperlukan pada daerah-daerah yang masih minimnya tenaga kesehatan khususnya
bidan.
Kerjasam antar bidan dan pemerintah
dengan dukun bayi sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. kerjasama yang bisa dilakukan seperti misalnya dalam pemberian
pelatihan kepada para tenaga kesehatan non-kesehatan atau keikut sertaan
pemerintah sangat penting untuk menunjang sukesnya pelatihan dengan pemberian
bantuan alat-alat untuk menolong persalinan seperti gunting tali pusat,
sehingga infeksi saat pemotongan tali pusat bisa diturunkan.
3.2
Saran
1.
Diharapkan
masyarakat ikut lebih memperhatkan tentang kesehatan atau ibu terutama dalam
proses persalinannya.
2.
Diharapkan
masyarakat lebih menyeleksi dalam memilih penolong persalinannya.
Diharapkan pemerintah
bisa membantu alam pemerataan bidan atau tenaga kesehatan sampai daerah
pedalaman sehingga mutu kesehatan meningkat sampai daerah-daerah terpencil.
0 komentar:
Posting Komentar